Tampilkan postingan dengan label urbanisasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label urbanisasi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Juli 2013

Pengangguran Muda di Indonesia Tertinggi di Asia


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menyatakan kaum muda memiliki tingkat kesulitan mencari pekerjaan lima kali lebih besar daripada pekerja dewasa. "Itu terjadi karena ketersediaan lapangan kerja untuk angkatan muda semakin menurun," kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Wendi Hartanto, dalam acara temu wartawan di kantornya Rabu, 11 April 2012.

Menurut Wendi, kaum muda diperkirakan 4,6 kali lebih besar menjadi pengangguran dibanding pekerja dewasa. Padahal dalam skala global angkanya hanya 2,8 kali lebih besar. Data tersebut ia kutip dari angka perkiraan International Labor Organization.

Membaca Fakta Kependudukan Indonesia


Dalam beberapa tahun terakhir ini, rata-rata pertambahan penduduk Indonesia tiap tahunnya mencapai 3,5 juta jiwa. Pertambahan ini dalam dua tahun, sudah lebih besar dari seluruh jumlah penduduk negara Singapura (tahun 2010 sekitar 5 juta jiwa). Setiap bulan, di Indonesia rata-rata bertambah 291.000 jiwa, atau bertambah sekitar 9.700 jiwa setiap harinya. Bila dihitung dalam satuan yang lebih kecil, maka di Indonesia bertambah 404 jiwa setiap jam, atau sekitar 7 jiwa setiap menitnya.

Arus Urbanisasi Tidak Boleh Dilawan


Singapura, Kompas - Arus urbanisasi yang semakin deras tidak bisa dan tidak boleh dilawan. Urbanisasi bisa menjadi kekuatan bagi kota asalkan dikelola dengan benar.
Demikian intisari dari World Cities Summit Southeast Asia In Focus, di Marina Bay Sands, seperti dilaporkan wartawan Kompas M Clara Wresti dari Singapura, Selasa (3/7).
Di China dan India, arus urbanisasi bisa dikelola dengan baik sehingga setiap 1 persen peningkatan urbanisasi produk domestik bruto (PDB) negara tersebut meningkat sekitar 6-8 persen. Di Indonesia, setiap 1 persen peningkatan urbanisasi, kenaikan PDB hanya 2 persen.

Bentuk Pendidikan Kependudukan Belum Jelas


BANDUNG, KOMPAS.com -- Kebutuhan akan materi kependudukan dan keluarga berencana dalam pendidikan mendesak. Ini mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237,64 juta jiwa dan tingkat kelahiran 2,6 dengan pertumbuhan 1,49 persen per tahun.

Pendidikan kependudukan belum memasyarakat dan tidak mendapat perhatian pemerintah. Akibatnya, sampai sekarang bentuk pelaksanaan pendidikan kependudukan belum jelas.

Hal ini mengemuka dalam pertemuan koordinasi lintas sektor pelaksanaan program pendidikan kependudukan antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama, Rabu hingga Kamis (10/11/2011) di Bandung, Jawa Barat.

Indonesia Hadapi Ancaman Besar Kependudukan


Indonesia yang dulu dikenal berhasil dalam menjalankan program keluarga berencana, kini menghadapi ancaman besar di bidang kependudukan.
Laju pertumbuhan yang masih tinggi di kisaran 1,49% atau 4-4,5 juta jiwa per tahun tanpa diimbangi peningkatan kualitas penduduk akan berdampak pada proses kemajuan bangsa di masa depan.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Wendy Hartanto mengemukakan hal itu seusai membuka seminar kependudukan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jawa Tengah, Senin (20/5).
“Jumlah penduduk kita saat ini 250 juta, menempati urutan ke-4 dunia. Akan tetapi kualitas penduduk kita berada di urutan 124 dari 187 negara,” kata Wendy.

Kualitas Penduduk Indonesia Yang Semakin Menurun


Masalah kependudukan Indonesia dalam hal kualitas adalah masalah kependudukan dalam hal mutu kehidupan dan kemampuan sumber daya manusianya. Di Indonesia, masalah kualitas penduduk yang terjadi, antara lain, dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas sumber daya manusia, rendahnya taraf kesehatan sehingga kesemuanya itu pada akhirnya mengarah pada rendahnya pendapatan perkapita masyarakatnya. Masalah-maslah yang menyebabkan menurunnya kualitas penduduk Indonesia:

"Boarding Pass" KA Tekan Urbanisasi Pasca-Lebaran


Arus pendatang baru ke Jakarta pasca-Lebaran selalu terjadi dari tahun ke tahun, meskipun operasi yustisi kependudukan (OYK) yang digelar Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI menunjukkan angka urbanisasi terus menurun.
Menurut Kepala Humas PT Kereta Api Daerah Operasi I Mateta Rizalulhaq, sistem boarding pass kepada setiap penumpang kereta diharapkan mampu membantu program pemerintah untuk menekan angka urbanisasi ke Jakarta. Dengan sistem ini, orang yang tidak memiliki kartu identitas yang jelas tentu tidak bisa menggunakan kereta api ke Jakarta.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...