Rabu, 03 Juli 2013

Indonesia Hadapi Ancaman Besar Kependudukan


Indonesia yang dulu dikenal berhasil dalam menjalankan program keluarga berencana, kini menghadapi ancaman besar di bidang kependudukan.
Laju pertumbuhan yang masih tinggi di kisaran 1,49% atau 4-4,5 juta jiwa per tahun tanpa diimbangi peningkatan kualitas penduduk akan berdampak pada proses kemajuan bangsa di masa depan.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Wendy Hartanto mengemukakan hal itu seusai membuka seminar kependudukan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jawa Tengah, Senin (20/5).
“Jumlah penduduk kita saat ini 250 juta, menempati urutan ke-4 dunia. Akan tetapi kualitas penduduk kita berada di urutan 124 dari 187 negara,” kata Wendy.

Selain masalah laju pertumbuhan dan kualitas, persoalan serius lainnya adalah penyebaran yang belum merata, serta data dan informasi kependudukan yang minim. Saat ini 59% penduduk masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, sebuah kondisi yang kurang menguntungkan untuk pembangunan.
Kemudian dalam hal ketersediaan data, antara daerah yang satu dengan yang lain belum sama. Hal itu merupakan imbas dari desentralisasi urusan kependudukan dan keluarga berencana yang diterapkan sejak tahun 2000.
“Kami tidak menyalahkan otonomi daerah, tapi harus diakui sejak itu penggarapan dan penganggaran menjadi kurang,” kata Wendy.
Untuk mengatasi hal BKKBN kini memperluas kerja sama kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi. Salah satunya adalah UNS melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik yang akan dimulai Agustus tahun ini.
“Ada 5.000 mahasiswa yang akan diterjunkan untuk membantu menyosialisasikan soal kependudukan dan keluarga bencana itu,” jelas Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNS, Darsono. 
Kini  Metode Ovulasi Billings (MOB), salah satu metode Keluarga Berencana (KB) alamiah, ternyata tidak pernah popular dan tidak pernah disosialisasikan. MOB dianggap masih rumit dijalankan, dan sulit dikenalkan kepada masyarakat.
“Memang tidak pernah disosialisasikan. Itu karena lebih sulit dipahami masyarakat yang sudah terbiasa dengan metode KB lainnya. Dalam penerapannya, MOB juga butuh ketekunan,” Wiyatie, Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Senin (20/5/2013).
Menurut Wiyatie, MOB sebenarnya aman dan nyaman, dan lebih pro-perempuan. Sebab tidak diperlukan obat dan peralatan, dengan kata lain murah dan mudah. Dalam leaflet-leaflet mengenai KB, MOB juga tak pernah dicantumkan. Di Indonesia metode KB yang dikenalkan pemerintah hanya metode KB yang menggunakan alat.
MOB sudah diterima Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1990 sebagai metode KB yang sah. Metode ini ditemukan ahli syaraf Australia, John Billings, tahun 1963. Metode yang berdasarkan pengamatan terhadap lendir leher rahim wanita ini diklaim berhasil 99 persen, jika dijalankan secara tepat.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...